Indonesia Berminat Mengakuisisi Pesawat Tempur J-10 Bekas dari China


Kabar beredar bahwa Indonesia akan segera memanfaatkan jet tempur bekas dari Tiongkok dan Rusia untuk memodernisasi kekuatan udaranya. Langkah ini menandai perubahan signifikan dari tren terkini Indonesia yang lebih condong pada pengadaan alutsista dari negara-negara Barat. Menurut laporan dari situs penerbangan Alert-5, Indonesia diperkirakan akan mengumumkan rencana pembelian 42 unit jet tempur J-10 bekas dari Tiongkok dalam waktu dekat, bahkan mungkin bulan depan. Selain itu, negosiasi untuk mendapatkan jet tempur Su-35 dari Rusia juga akan terus dilanjutkan. Media daring tersebut, mengutip sumber yang mengetahui seluk-beluk masalah ini, menyatakan bahwa J-10 kemungkinan akan dimodifikasi agar sesuai dengan standar ekspor. 

Namun, hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari pihak Indonesia, Tiongkok, maupun Rusia. "Baik pesawat dari Tiongkok maupun Rusia berpotensi menawarkan waktu pengiriman yang lebih cepat dibandingkan opsi dari Barat, yang seringkali terhambat oleh antrean produksi yang panjang dan proses persetujuan yang rumit," tulis Alert-5. "Jet tempur J-10 bekas dapat dikirimkan dengan relatif cepat karena diambil langsung dari inventaris Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat, sehingga memberikan peningkatan kemampuan yang instan," lanjut laporan tersebut. Alert-5 juga berspekulasi bahwa pengumuman resmi dari Indonesia mungkin akan dilakukan selama acara Indo Defence Expo and Forum, yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta pada tanggal 11 hingga 14 Juni. 


Secara historis, Indonesia memiliki beragam armada tempur udara, yang terdiri dari pesawat tempur dari berbagai pemasok, termasuk F-16 Amerika, Su-27/30 Rusia, dan British Aerospace Hawks. Pada tahun 2021, Angkatan Udara Indonesia beralasan adanya keterbatasan anggaran ketika membatalkan rencana pembelian Su-35 Rusia dan beralih ke pesawat dari Amerika dan Prancis. Namun, kemudian terungkap bahwa ancaman sanksi dari AS menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut. ABC telah menghubungi Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) untuk meminta komentar terkait pengetahuan Australia tentang rencana Indonesia untuk membeli pesawat militer dari Tiongkok atau Rusia, tetapi belum menerima jawaban. 

Awal bulan ini, menteri pertahanan Indonesia meyakinkan Australia bahwa negaranya tidak akan mengizinkan pesawat Rusia ditempatkan di provinsi Papua, setelah situs berita pertahanan Janes melaporkan bahwa Moskow telah meminta akses ke Pangkalan Angkatan Udara Manuhua di Biak Numfor. Di bawah kepemimpinan presiden baru Prabowo Subianto, Indonesia pada awal tahun ini secara resmi bergabung sebagai anggota penuh kelompok BRICS yang dipimpin oleh Rusia dan Tiongkok, sebuah aliansi yang bertujuan untuk menantang dominasi politik dan ekonomi Barat. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak