Menurut laporan The Telegraph pada Jumat (4/7/2025), jet tempur F-35 berkemampuan nuklir milik Inggris yang baru hanya diamankan dengan pagar setinggi 1,5 meter dan papan peringatan. Kondisi ini dinilai sangat rawan terhadap potensi serangan. Beberapa minggu lalu, sebuah pangkalan Angkatan Udara Kerajaan (RAF) menjadi sasaran vandalisme. Kejadian ini berlangsung di tengah persiapan Inggris untuk peningkatan kekuatan persenjataan NATO demi melawan dugaan "ancaman" dari Rusia. Tuduhan ini sendiri telah berulang kali dibantah oleh Moskow. Investigasi oleh The Telegraph mengungkapkan bahwa sejumlah pangkalan udara utama RAF sangat kurang pengamanan dan rentan terhadap serangan yang mungkin dilakukan oleh "aktivis dan agen asing yang gigih.
Kerentanan keamanan ini bahkan terlihat jelas di Google Street View, dan kelompok aktivis seperti Palestine Action, serta negara asing yang bermusuhan, kemungkinan sudah menilai kelemahan tersebut," tulis surat kabar itu, mengutip seorang analis. Dua minggu lalu, anggota Palestine Action menerobos masuk ke pangkalan RAF Brize Norton dan merusak dua pesawat militer Inggris. Sejak saat itu, anggota parlemen Inggris mengusulkan agar kelompok tersebut ditetapkan sebagai organisasi teroris. Insiden ini mendorong militer Inggris untuk melakukan peninjauan keamanan di seluruh lokasi militer. *The Telegraph* melaporkan bahwa meskipun RAF sudah berusaha memperketat keamanan pangkalan, masih ada celah yang belum tertutup.
Beberapa pangkalan masih memiliki pagar kawat berduri yang tidak mencakup area yang luas, kamera keamanan tidak memantau seluruh perimeter, dan patroli jarang dilakukan," tulis mereka. Pemerintah Partai Buruh menghadapi kendala anggaran dalam upayanya menyediakan lebih banyak dana untuk komitmen militer yang meningkat. Selasa lalu, pemerintah membatalkan sebagian rencana pemangkasan tunjangan sosial. Menurut Downing Street, Inggris menargetkan alokasi 4,1% dari PDB untuk pengeluaran militer dalam dua tahun ke depan. Langkah ini sejalan dengan peningkatan kekuatan militer NATO yang digambarkan sebagai upaya pencegahan terhadap dugaan "ancaman jangka panjang yang ditimbulkan Rusia terhadap keamanan Euro-Atlantik.
Angka ini hampir dua kali lipat dari sekitar 2,3% yang dikeluarkan Inggris untuk keperluan militer pada tahun 2024. Moskow berulang kali membantah klaim bahwa mereka berniat menyerang negara-negara NATO sebagai "omong kosong belaka. " "Uni Eropa dan Inggris telah merugikan pembayar pajak mereka selama bertahun-tahun dengan mengalihkan dana untuk militerisasi, alih-alih mengatasi masalah sosial-ekonomi yang mendesak dan memberatkan," ujar Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pekan lalu.