Kolaborasi Hebat! PT PAL dan Naval Group Bangun Kapal Selam Scorpène di Surabaya


Suara bising mesin dan logam beradu dari Divisi Kapal Selam di utara PT PAL Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, terdengar lebih bersemangat. Di lahan seluas satu hektar, tiang-tiang besi tertancap kuat di fondasi dermaga beton. Tempat ini akan menjadi pusat industri pertahanan dengan teknologi mutakhir. PT PAL Indonesia, produsen kapal perang nasional, tengah berlomba dengan waktu. Mereka berupaya keras menyiapkan semua fasilitas yang diperlukan untuk "melahirkan" kapal selam Scorpene, sang penguasa laut dalam. Kebutuhan akan fasilitas modern ini sangatlah mendesak. Pengalaman adalah pelajaran berharga. 

Kepala Divisi Kapal Selam PT PAL Indonesia, Agus Rifai, mengatakan bahwa pengalaman berharga diperoleh saat peluncuran KRI Alugoro 405 pada tahun 2021, kapal selam pertama yang dirakit di dalam negeri. "Saat peluncuran KRI Alugoro, kami belum memiliki fasilitas 'shiplift'.  Pemerintah memberikan bantuan PMN (penyertaan modal negara) 2021 untuk melengkapi proses, sehingga PT PAL dapat 100 persen melaksanakan 'whole local production' kapal selam," kata Rifai saat kunjungan industri pertahanan ke PT PAL Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (25/6/2025). Bantuan pemerintah itu kini menjadi proyek besar. Pembangunan dermaga kapal selam oleh PT PP (Persero) Tbk menunjukkan kemajuan signifikan. 

Pekerjaan yang dimulai 14 Juni 2024 kini mencapai 62 persen, melampaui rencana awal. Secara keseluruhan, struktur dermaga akan selesai pada Desember 2025. Selanjutnya, akan dilakukan pengerukan ruang sandar kapal selam hingga kedalaman 16 meter dan instalasi fasilitas "shiplift", dengan teknologi dari Syncrolift, perusahaan Norwegia yang menjadi standar dunia. Fasilitas baru ini dirancang dengan spesifikasi yang jauh melebihi kebutuhan Scorpene. Kapal selam Perancis itu memiliki bobot 2. 000 ton, tetapi kapasitas "shiplift" mampu mengangkat beban hingga 6. 000 ton. 


Konstruksinya sangat kokoh dengan perhitungan 15 ton per tiang pancang. Kemampuan angkat yang besar ini bukan tanpa alasan. Fasilitas ini dirancang serbaguna. Tidak hanya kapal selam, kapal permukaan seperti fregat pun dapat diangkat oleh "shiplift" ini. Rencana ini sudah konkret. "Nanti di bulan Agustus (2026), kapal Fregat Merah Putih (unit) kedua yang ada di hangar akan dipindahkan melalui 'shiplift' ini ke dok untuk melanjutkan konstruksi," jelasnya. Di tengah kawasan ini, berdiri tiga hanggar utama berukuran total 100 x 100 meter. Semua proses penting dilakukan di sana. Mulai dari pengepresan lambung "hull pressing", penyambungan, hingga pemasangan perlengkapan canggih "outfitting", semuanya dalam satu alur produksi terintegrasi. 

Keunggulan tidak berhenti di situ. "Shiplift" ini akan dilengkapi sistem transversal "boogie", yang memungkinkan kapal selam bergerak maju-mundur dari laut ke hangar, dan digeser ke samping menuju dermaga rawat (dermaga bay). PT PAL menunjukkan kemampuannya membangun kapal selam, dalam seminar industri pertahanan Indonesia-Perancis, Rabu (8/3/2023) (photo: Kompas)"Karena rumitnya kebutuhan inilah yang membuat fasilitas ini cukup mahal untuk diimplementasikan," ujar Rifai. Akhirnya, segala persiapan dan kerja keras mencapai puncaknya pada momen yang sangat penting ini. 

Kita menyaksikan bersama peluncuran kapal selam Scorpene perdana yang dirakit di Indonesia, langsung dari galangan kapal ini. Seluruh dunia akan melihat bahwa PT PAL Indonesia mampu membuat serta memelihara Scorpene, kapal selam dengan nilai investasi sebesar Rp 15 triliun. Sebagai informasi tambahan, perjanjian pengadaan kapal selam Scorpene antara Indonesia dan Naval Group, dari Perancis, telah disepakati pada tanggal 28 Maret 2024. Akan tetapi, perjanjian ini baru akan berlaku setelah pembayaran uang muka diselesaikan. Perjanjian tersebut meliputi pembuatan dua unit kapal selam Scorpene di fasilitas PT PAL Indonesia. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak