Tel Aviv, Sistem pertahanan udara Israel kembali menjadi sorotan setelah gagal mencegat serangan drone yang diluncurkan oleh kelompok Houthi dari Yaman. Serangan ini memicu alarm dan kekhawatiran serius mengenai efektivitas Iron Dome dan sistem pertahanan udara lainnya milik Israel dalam menghadapi ancaman drone jarak jauh. Menurut laporan militer Israel, beberapa drone bersenjata berhasil menembus wilayah udara selatan Israel dan memicu sirene peringatan di sejumlah kota. Meskipun tidak ada laporan korban jiwa, kerusakan infrastruktur ringan dilaporkan di sekitar wilayah Negev dan Eilat.
Kelompok Houthi, yang berbasis di Yaman dan dikenal sebagai aliansi Iran, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka menyebut serangan ini sebagai "respons atas agresi Israel di wilayah Gaza dan dukungan terhadap rakyat Palestina." Video yang dirilis oleh media milik Houthi memperlihatkan detik-detik peluncuran drone tempur yang diklaim berhasil menargetkan fasilitas militer Israel.
Kegagalan sistem pertahanan udara Israel, termasuk Iron Dome dan David’s Sling, menjadi perhatian serius banyak analis militer. Selama ini, Israel dikenal memiliki sistem pertahanan udara terbaik di dunia, namun serangan drone berbiaya rendah dari Houthi menunjukkan celah baru dalam sistem tersebut. Analis pertahanan dari Tel Aviv University, Dr. Eli Ben-Ami, menyebutkan bahwa “ancaman asimetris seperti drone murah yang diluncurkan dari jarak jauh mulai menantang dominasi teknologi tinggi seperti Iron Dome.”
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Arab Saudi, turut memantau perkembangan ini dengan serius. Serangan ini menunjukkan bahwa konflik Timur Tengah tidak lagi hanya terjadi secara lokal, tetapi bisa berdampak luas secara geopolitik. Serangan drone Houthi terhadap Israel menjadi peringatan bahwa konflik di Timur Tengah semakin kompleks dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Gagalnya sistem pertahanan udara Israel mencegat drone menjadi alarm bagi negara-negara yang mengandalkan teknologi pertahanan canggih.