Ribu Warga Iran Hadir Memberikan Penghormatan Terakhir Dalam Prosesi Pemakaman Jenderal Dan Ilmuwan Nuklir


Pada hari Sabtu, 28 Juni 2025, ratusan ribu warga Iran tumpah ruah di pusat kota Teheran. Mereka berkumpul untuk menghadiri upacara pemakaman para tokoh militer senior dan ilmuwan nuklir Iran yang gugur akibat serangan Israel dalam konflik berdarah selama 12 hari. Upacara ini menjadi lambang kesedihan mendalam bangsa sekaligus penegasan sikap terhadap musuh-musuh Iran di kawasan. Sepanjang Jalan Azadi dipenuhi pelayat yang meneriakkan yel-yel seperti “Mati bagi Amerika” dan “Mati bagi Israel”. Salami dan Hajizadeh dilaporkan kehilangan nyawa pada hari pertama konflik, 13 Juni 2025, saat Israel memulai operasi besar-besaran. Operasi ini diklaim bertujuan untuk menghentikan program nuklir Iran. 

Selain mereka, upacara juga diadakan untuk Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, sejumlah perwira tinggi lainnya, serta ilmuwan nuklir yang diduga terlibat dalam pengembangan teknologi atom Iran. Total ada 60 jenazah yang dikebumikan, termasuk empat wanita dan empat anak-anak. Jenderal Bagheri dimakamkan di kompleks pemakaman Behesht-e Zahra, Teheran, di samping makam saudaranya yang gugur dalam Perang Iran-Irak tahun 1980-an. Sebagian korban lain akan dimakamkan di kampung halaman masing-masing. Sebelumnya, pada hari Kamis, Khamenei mengeluarkan rekaman video yang berisi kecaman keras terhadap Amerika Serikat dan Israel. Ia menyebut serangan militer AS ke situs nuklir Iran “tidak memberikan dampak berarti”. 


Selama 12 hari pertempuran, Israel mengklaim telah melenyapkan sekitar 30 komandan Garda Revolusi dan 11 ilmuwan nuklir, serta menghancurkan delapan fasilitas nuklir dan lebih dari 720 target militer Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan lebih dari 550 rudal balistik ke wilayah Israel. Meskipun sebagian besar berhasil diintersepsi, beberapa rudal menghantam berbagai wilayah dan menyebabkan 28 orang tewas. Kerusakan terparah terjadi di situs nuklir Fordo, yang tersembunyi di dalam pegunungan. Rafael Grossi, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menggambarkan kerusakan akibat bom bunker-buster AS sebagai “sangat dahsyat”. Pemerintah Iran bahkan meliburkan perkantoran agar pegawai negeri dapat mengikuti prosesi pemakaman. Warga yang hadir mengungkapkan kesedihan sekaligus kemarahan. 

“Ini bukanlah gencatan senjata, melainkan hanya jeda sebelum serangan berikutnya,” kata Ahmad Mousapoor (43), seorang pelayat sambil mengibarkan bendera Iran. Sementara itu, media pemerintah mengumumkan kematian Ali Ghanaatkar, jaksa terkenal dari penjara Evin yang selama ini dikenal sebagai simbol penindasan terhadap oposisi. Ia akan dimakamkan di kota suci Qom. Meskipun gencatan senjata telah disepakati sejak hari Selasa, prosesi pemakaman massal ini menunjukkan bahwa suasana batin rakyat Iran masih jauh dari kata damai. Seruan untuk membalas dendam terus bergema, mengisyaratkan potensi eskalasi baru dalam waktu dekat. Pemerintah Iran tetap menegaskan bahwa program nuklirnya hanya bertujuan untuk kepentingan damai. Akan tetapi, Israel menganggap program tersebut sebagai ancaman eksistensial, dan menyatakan bahwa serangan yang dilakukan merupakan langkah pencegahan untuk menghalangi Iran membangun senjata nuklir. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak