Presiden AS, Donald Trump, mengungkapkan bahwa rudal yang ditembakkan dari pesawat pembom siluman B-2 sukses menembus fasilitas nuklir bawah tanah Fordo milik Iran dengan sangat mudah. Pernyataan ini disampaikan Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox News, yang dikutip oleh NDTV pada hari Minggu (29/6/2025). Serangan yang dilancarkan AS pada hari Minggu (22/6/2025) minggu lalu menargetkan tiga lokasi nuklir Iran, yaitu Natanz, Fordo, dan Isfahan. Dalam operasi tersebut, AS menerjunkan tujuh pesawat pembom B-2 yang memiliki desain sayap seperti kelelawar dan meluncurkan 14 rudal penembus bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrators (MOP), yang masing-masing berbobot sekitar 13 ton.
Trump menyatakan bahwa Iran berupaya untuk menutup akses masuk ke lokasi yang kemungkinan besar menjadi target pengeboman. "Mereka sedang mengusahakannya, tetapi bom-bom itu menembusnya dengan mudah, seperti mentega," ujar Trump. Ia menambahkan bahwa serangan yang terjadi pada hari Minggu minggu lalu tersebut berhasil melumpuhkan program nuklir Iran. Fordow sendiri dikenal sebagai situs pengayaan uranium paling rahasia dan terlindungi di Iran, karena lokasinya tersembunyi di bawah gunung dan dirancang untuk tahan terhadap serangan udara serta intervensi dari negara asing. Trump menegaskan bahwa serangan rudal penghancur bunker itu berhasil menghancurkan Fordo.
Ia juga menyatakan bahwa uranium yang sangat diperkaya belum sempat dipindahkan dari lokasi tersebut sebelum serangan terjadi. "Menurut saya, awalnya sangat sulit untuk dilakukan. Sangat berbahaya untuk dilakukan. Sangat berat, sangat, sangat berat. Sangat sulit untuk dilakukan. Selain itu, kami tidak memberikan banyak pemberitahuan karena mereka tidak tahu kami akan datang sampai saat itu," jelas Trump. Serangan yang diberi nama Operasi Midnight Hammer ini terjadi di tengah meningkatnya konflik antara Iran dan Israel, di mana kedua belah pihak terus saling menyerang sejak tanggal 13 Juni. Sementara itu, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, dalam sebuah wawancara dengan CBS News pada hari Sabtu (28/6/2025) menyampaikan bahwa Iran masih memiliki kemampuan dan terus melanjutkan pengayaan uranium untuk membuat bom nuklir.
Grossi mengakui bahwa fasilitas nuklir Iran mengalami kerusakan yang sangat parah akibat serangan dari AS dan Israel. "Apa yang terjadi khususnya di Fordo, Natanz, Isfahan, tempat Iran dulu dan masih memiliki, sampai batas tertentu, kemampuan dalam hal pengolahan, konversi, dan pengayaan uranium telah hancur hingga tingkat yang penting," kata Grossi. "Beberapa masih berdiri. Jadi, tentu saja, ada kemunduran penting dalam hal kemampuan tersebut," lanjutnya, seperti yang dilansir oleh UPI. Ia menambahkan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengklaim bahwa semuanya telah hilang dan tidak ada apa pun yang tersisa di Iran. Grossi juga berharap agar petugas dan pejabat IEAE dapat segera kembali ke lokasi untuk melakukan penilaian.