Di tengah situasi gencatan senjata yang masih berlangsung antara Iran dan Israel setelah konflik selama 12 hari, muncul kabar bahwa Iran berencana mengakuisisi sejumlah jet tempur Chengdu J-10C dari China. Tujuannya adalah memperkuat pertahanan udara negara tersebut. Menurut laporan dari The Asia Live dan kanal Telegram Russian Arms, Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, baru-baru ini mengunjungi Beijing. Kunjungan tersebut diyakini menjadi momen finalisasi pembelian 40 unit jet tempur J-10C buatan China itu. Informasi mengenai potensi pembelian ini ramai dibicarakan di kanal Telegram Russian Arms. Hal ini bersamaan dengan kunjungan Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, ke China untuk menghadiri pertemuan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) pekan ini.
Pertemuan puncak SCO secara resmi membahas kerja sama regional. Namun, pertemuan tertutup semacam itu sering menjadi kesempatan untuk membahas isu-isu pertahanan. Diketahui, Nasirzadeh bertemu dengan perwakilan pertahanan senior China dan petinggi industri kedirgantaraan. Sumber yang dekat dengan pihak pengadaan alutsista Iran mengungkapkan, pembicaraan lebih lanjut mengenai harga J-10C, jadwal pengiriman, serta potensi transfer teknologi juga kemungkinan telah dibahas secara tersembunyi. Jet tempur Chengdu J-10C mulai dikenal luas setelah perang antara India dan Pakistan bulan Mei lalu. Jet tempur ini dikabarkan berhasil menembak jatuh setidaknya lima pesawat tempur India yang memasuki wilayah Pakistan.
Lima pesawat yang ditembak jatuh tersebut terdiri dari tiga Rafale buatan Prancis, satu MiG-29 dan satu SU-30MKI buatan Rusia, serta satu pesawat pengintai Heron. Sejak saat itu, Chengdu J-10C dijuluki "Rafale Killer". Alasan ketertarikan Iran pada Chengdu J-10C adalah karena kesulitan mereka dalam mempertahankan wilayah udara dari jet tempur Israel. Israel menggunakan F-35I Adir buatan AS yang jauh lebih canggih. Sementara itu, Iran masih mengandalkan F-4 Phantom II dan F-14 Tomcat buatan AS, serta MiG-29 Rusia, yang sudah berumur lebih dari 40 tahun. Iran dikabarkan setuju untuk membeli 40 unit jet tempur Chengdu J-10C dari China. Harga dasar per unitnya adalah 50 juta dolar AS. Namun, harga tersebut bisa mencapai 90 juta dolar AS per unit, tergantung pada jenis dan jumlah persenjataan yang dipasang.
Baca Juga: Diam-diam China Kirim Senjata ke Iran, FlightRadar24 Beberkan Rekaman Jejak Boeing ke Teheran
Meski demikian, harga ini masih lebih rendah dibandingkan jet tempur SU-35 Rusia atau F-35 AS. Chengdu J-10C adalah jet tempur generasi 4. 5 yang dilengkapi dengan sistem radar Active Electronically Scanned Array (AESA) KLJ-7A. Sistem ini memungkinkan pesawat untuk mendeteksi dan melacak banyak target dengan akurasi tinggi. Dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Corporation, J-10C merupakan varian tercanggih dari keluarga J-10. Jet tempur ini telah mengalami peningkatan signifikan dalam hal avionik, sensor, dan propulsi. Model 'C' dilengkapi dengan radar AESA, sistem fly-by-wire digital, dan mesin turbofan WS-10B buatan Tiongkok. Desain J-10C menggunakan konfigurasi canard-delta, yang meningkatkan kelincahan dan memungkinkan jarak lepas landas yang pendek.
Fitur ini sangat penting dalam kondisi operasional pegunungan di Iran. Akan tetapi, hal yang paling mencolok dari jet tempur itu adalah kemampuannya menggunakan rudal PL-15E, sebuah peluru kendali udara-ke-udara di luar jangkauan visual (BVR). Rudal ini diklaim mampu menembak jatuh tiga pesawat Rafale milik India dan memiliki jarak jangkau lebih dari 200 kilometer, bahkan melampaui beberapa senjata buatan Barat seperti AIM-120D AMRAAM yang dipakai oleh militer Amerika Serikat. Selain itu, pesawat tempur ini dilengkapi pula dengan perlengkapan peperangan elektronik, termasuk sistem pengacak radar dan pengecoh. Jet ini mampu menghadapi pesawat tempur musuh, melakukan pengeboman target di darat, serta menghancurkan sistem pertahanan udara milik musuh.
Menurut laporan BRICS News, pembelian 40 unit jet tempur Chengdu J-10C ini berpotensi memperkuat pertahanan udara Iran dan mengindikasikan hubungan aliansi militer yang semakin erat dengan Tiongkok. Sementara itu, The Asia Live memberitakan bahwa pembelian puluhan pesawat Chengdu J-10C menandai perubahan besar dalam strategi kekuatan udara Iran di tengah gejolak geopolitik dan tekanan militer yang berkelanjutan. Kedatangan J-10C bukan hanya sekadar peningkatan kemampuan tempur udara Iran, namun juga menjadi langkah diversifikasi kerja sama pertahanannya di luar Rusia. Hal ini menjadi krusial mengingat meningkatnya ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat.