Berlin, Jerman - Perusahaan teknologi pertahanan asal Eropa, Helsing, secara resmi memperkenalkan drone tempur AI terbarunya dalam ajang European Defence Expo 2025 yang berlangsung di Berlin. Drone ini digadang-gadang sebagai langkah revolusioner dalam modernisasi sistem militer berbasis kecerdasan buatan. Drone tempur buatan Helsing ini menggunakan AI otonom untuk analisis medan perang secara real-time, pengambilan keputusan taktis, dan pelacakan target dengan presisi tinggi.
Teknologi ini dikembangkan untuk mendukung operasi militer tanpa memerlukan kendali manusia secara langsung di lapangan. Menurut pihak Helsing, drone ini dirancang agar mampu beroperasi dalam berbagai kondisi cuaca ekstrem serta dilengkapi sistem keamanan siber tingkat tinggi untuk mencegah peretasan. Kemunculan drone AI Helsing ini mendapat perhatian serius dari berbagai negara NATO. Sejumlah analis militer menyebutkan bahwa teknologi ini dapat mengubah paradigma peperangan modern, terutama dalam mengurangi risiko korban jiwa di medan perang.
“Ini bukan sekadar drone tempur biasa, tapi asisten tempur cerdas yang bisa berpikir, menganalisis, dan mengeksekusi misi dengan kecepatan yang tidak mungkin dilakukan manusia,” ujar Dr. Markus Riedel, pakar AI militer dari University of Munich. Meski inovatif, kemunculan drone tempur berbasis AI ini juga menimbulkan perdebatan etis. Beberapa kelompok HAM mengkhawatirkan penggunaan AI dalam operasi militer yang dapat menyebabkan keputusan fatal tanpa intervensi manusia.
Namun, pihak Helsing menegaskan bahwa sistem ini selalu berada di bawah pengawasan manusia dan tidak akan beroperasi sepenuhnya tanpa persetujuan operator. Kehadiran drone tempur AI Helsing menjadi tonggak penting dalam evolusi teknologi pertahanan global. Dengan kemampuan otonom dan kecerdasan buatan yang terus berkembang, masa depan peperangan akan semakin mengandalkan sistem-sistem cerdas yang bekerja cepat, presisi, dan minim risiko bagi pasukan.