Amerika Serikat dikenal sangat selektif dalam menjual alat utama sistem persenjataan (alutsista) canggihnya karena pertimbangan politik internal dan dinamika geopolitik di negara calon pembeli. Sebagai contoh, AS pernah melarang beberapa negara, termasuk Indonesia, untuk membeli pesawat tempur F-35. Selain alasan domestik dan geopolitik, pembatasan ekspor F-35 juga dilakukan AS untuk melindungi teknologi sensitif dan kepentingan sekutunya jika teknologi perangnya jatuh ke tangan musuh. Terkait F-35, AS sangat berhati-hati dalam menentukan siapa yang boleh memiliki pesawat ini demi menjaga superioritas kualitatif Israel sebagai sekutu terdekatnya.
Menurut laporan Simple Flying, AS melarang penjualan F-35 ke negara-negara Asia dan Timur Tengah. Mereka khawatir sistem buatan Rusia dan China seperti SAM S-400 dan 5G Huawei dapat membahayakan jet tempur itu. Washington khawatir senjata buatan Beijing dan Moskow dapat mengumpulkan informasi penting tentang F-35. Sementara Huawei adalah perusahaan telekomunikasi China yang terus diawasi ketat oleh AS. Selain itu, di beberapa negara Asia, AS khawatir akan keberadaan mata-mata dan pendukung China di Taiwan dan Thailand. Alasan lain AS melarang penjualan F-35 ke Taiwan adalah karena jet itu berpotensi memicu permusuhan dengan China.
Negara Paman Sam ini juga pernah menolak permintaan Indonesia untuk membeli F-35 pada tahun 2020. Duta Besar AS saat itu, Muhammad Lutfi, menyatakan bahwa AS menilai Indonesia belum memenuhi syarat untuk memiliki jet tempur generasi ke-5 buatan Lockheed Martin tersebut. Saat itu, Prabowo Subianto, yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI, sangat menginginkan alutsista tersebut untuk dimiliki Indonesia. Menurut Lutfi, Indonesia perlu memiliki seri 4 dan 4,5 terlebih dahulu sebelum dapat membeli jet tempur F-35. Hal ini diungkapkannya dalam konferensi pers virtual terkait perpanjangan Fasilitas GSP kepada Indonesia pada 2 November 2020.
Sebagai alternatif, kata Lutfi, AS saat itu menawarkan Indonesia beberapa seri pesawat F-16 dan pesawat tempur lain yang setara dengan generasi keempat. Sementara itu, laporan Simple Flying menyebutkan bahwa AS sebenarnya khawatir dengan hubungan RI dan China yang semakin erat di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo saat itu. Selain itu, Indonesia juga memiliki jaringan 5G Huawei dan jet tempur Sukhoi Rusia yang masih digunakan dalam angkatan bersenjata TNI.